Konsep Bakti Dan Sedekah
Ketiga hal yakni kepercayaan, kekeluargaan dan perubahan (change) yang menjadi landasan bisnis Setiadi Joyosentoso harus diimbangi juga dengan bakti kepada orang tua dan sedekah. Orang tua adalah seorang yang membesarkan kita dan merawat kita semua hingga kita menjadi orang yang bisa berdikari. Tanpa bimbingan dan mengorbanan orang tua tidak akan mungkin kita bisa sukses seperti saat sekarang. Jarang kita jumpai seorang sukses yang menyia nyiakan orang tuanya sebab orang tua yang kita perhatikan akan selalu membawa doa buat kita semua. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang hidupnya diikuti oleh orang tuanya tentunya mereka hidupnya paling enak, jikalau tidak kaya maka mereka tidak akan kekurangan.
Hubungan Antara Bakti Dengan Iman Kepada Tian
Oleh: Kauki Gentaswara Chianginata
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia – Nyalah, penulisan makalah “Hubungan antara Bakti dengan Iman kepada Tian”, dapat diselesaikan tepat waktu. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS), Mata Kuliah Keimanan Khonghucu, selain itu penulisan ilmiah ini juga memberikan informasi mengenai sekilas tentang agama Khonghucu secara sosial, tentang bakti, tentang iman kepada Tian/Tuhan dalam perspektif Khonghucu. Dengan segala kemampuan yang penulis miliki, penulis telah berusaha dengan maksimal untuk dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan sebaik mungkin.
Yang Menguji Sebenarnya Diuji
Oleh: Dr. Drs. Ws. Ongky Setio Kuncono, SH, MM
Seorang aktivis perempuan Khonghucu berkelar kepada saya bahwa sebenarnya Ws saat sekarang bukan menguji,melainkan diuji. Ungkapan polos tersebut sangat masuk akal sekali sebab dalam menguji rohaniwan di Gungung Sindur kemaren justru banyak celaan, hujatan sebagai ujian bagi penguji.Tidak salah bila salah satu penguji harus mundur sebagai penguji karena alasan tersebut. Nabi Kongzi dalam sabdaNya mengatakan bahwa mengajar itu setengah belajar.Justru yang belajar sesungguhnya adalah mereka yang mengajar. Orang yang mengajar harus banyak membaca, menyiapkan materi,dan berusaha untuk menyajikan materi dengan baik.Upaya- upaya semacam tersebut adalah upaya dalam belajar.
Ujian Bagi Calon Rohaniwan, Perlukah?
Oleh: Js. Gunadi Prabuki, S.Pd.
Kompetensi spiritual dan sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan menjadi sangat penting untuk semua bidang keahlian. Tidak terkecuali bidang kerohaniwanan. Bahwa seorang calon rohaniwan harus memiliki kompetensi spiritual dan soaial yg baik dalam artian memiliki kompetensi spiritual dan sosial dengan predikat minimal B (baik) ini tentu saja mutlak. Namun demikian, tidak berarti bahwa kompetensi pengetahuan (pemahaman tentang fakta-fakta dan konsep-konsep ajaran Khonghucu) bisa diabaikan. Kompetensi-kompetensi tersebut tentu harus diukur supaya terukur,
Ws. Hariyanto, SH Berbagi Pengalaman
Oleh: Ws. Hariyanto, SH
Pada hari jum' at pagi tanggal 5 januari 2018 terkejut menerima telepon dari kabid agama Matakin pusat DR, Ws, Ongky Setio Kuncono, menceritakan akan di adakan ujian calon rohaniwan yang akan di adakan di Makin kahuripan Gunung Sindur kabupaten Bogor. Tetapi sebelum ujian tersebut di laksanakan begitu gaduh di WA, pro dan kontra tentang seseorang yang akan di uji karena sikap dan prilaku sang calon rohaniwan tersebut hal itu di ungkapkan oleh kabid keagamaan Matakin pusat serta menanyakan kepada saya apakah hal tersebut sudah saya ketahui, lalu saya jawab saya sudah mengetahui hal tersebut dan saya kata kalau sudah melalui prosedur laksana saja. Tetapi ada hal yang sangat mengejutkan saya sangat luar biasa di mana saya di tawarkan untuk jadi tim penguji
Belajar Dari Pengalaman Hidup
Oleh: Ws. HT. Saputra, SH
Ada peribahasa yang mengatakan pengalaman adalah guru terbaik dalam hidup, dan ini baru saja saya alami dalam sebuah proses pengujian seorang calon rohaniwan Khonghucu. Saya sudah 2 kali diminta oleh MATAKIN dalam hal ini ketua Bidang Agama ( Kabid Agama ) untuk mengadakan pengujian bagi calon Rohaniwan Khonghucu. (1) Pengujian 14 orang calon rohaniwan di Matakin Provinsi Bangka Belitung dan berjalan dengan lancar. (2) Pengujian 2 calon Rohaniwan di Matakin Kabupaten Bogor. Dalam pengujian yang ke 2 inilah banyak hal yang saya dapatkan karena salah satu calon Rohaniwan banyak menimbulkan kontradiksi baik dari para Rohaniwan dan umat.
Iman dengan Unsur Jalan Suci (DAO) dalam Agama Khonghucu
Oleh: Angelin
Makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta segalanya. Terkadang manusia menganggap hidup didunia hanya sementara saja. Ada manusia yang hidup sesuai jalan kebenaran, tetapi ada juga manusia yang menentukan jalan hidupnya sendiri dengan tidak mengindahkan jalan kebenaran. Agama diciptakan untuk mengajarkan kebenaran atau menciptakan ajaran kedamaian dengan umatnya yang harus melakukan firman. Tian Telah menciptakan manusia di dunia ini dengan dibekali Xing (Watak Sejati). Watak sejati adalah Roh Kebajikan asli yang diberikan Tian Kepada manusia yang berupa Ren, Yi, Li dan Zhi. Nilai-nilai asli itulah yang menjadikan manusia sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya baik tumbuhan atau hewan.
Tuhan Dan Iman Dalam Agama Khonghucu
Oleh: Nenih
Banyak golongan masih beranggapan Khonghucu bukanlah agama. Salah satunya dikarenakan tidak adanya konsep ketuhanan dalam agama Khonghucu. Padahal itu tidak benar. Karena umat Khonghucu meyakini dan mempercayai keberadaan Tian.1 Selain banyaknya ayat-ayat yang menyuratkan tentang Tian dalam Kitab Suci agama Khonghucu baik dalam Kitab Su Si/Si Shu ataupun dalam Kitab Ngo King/Wu jing, kepercayaan terhadap Tian juga tertuang jelas dalam Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Zhen Gui) dan berada di urutan pertama yang berbunyi,“Sepenuh Iman Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian).”
Musik Dan Keimanan Dalam Agama Khonghucu
Oleh: Sugeng Hutomo
Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan mendengarkan musik, emosi dan mood seseorang dapat dengan mudah dipengaruhi. Karena pengaruhnya yang begitu besar, musik mendapatkan perhatian yang khusus, termasuk oleh para filosof, seperti Plato dan Aristoteles. Plato menyatakan bahwa " Irama dan harmoni merasuk ke dalam jiwa dan bersemayam dengan kuat di sana, memberikan kenikmatan bagi tubuh dan pikiran yang hanya bisa dinikmati dengan cara yang benar." Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa " Kita akan mencapai kualitas karakter tertentu dengan menghargai musik. Pengetahuan musik adalah tentang pendidikan yang lebih tinggi.